Selasa, 22 November 2016
Kamis, 10 November 2016
Senin, 17 Oktober 2016
Batal Kunjungi Pembangunan Pasar, Jokowi Kecewakan Mama-Mama Papua
Mama-mama pedagang asli Papua yang menunggu kedatangan Jokowi di lokasi pembangunan pasar - IST
|
JAYAPURA, PACEKRIBO -
Sedikitnya 30 an mama-mama Papua pedagang asli Papua yang menunggu kedatangan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke lokasi pembangunan pasar permanen mama-mama
Papua di Jalan Ahmad Yani, Kota Jayapura kecewa lantaran orang nomor satu di
Indonesia tersebut batal melihat langsung pembangunan pasar, Senin
(17/10/2016).
Mama
Yuliana Pigay, salah satu pedagang di pasar sementara Mama-Mama Papua mengaku
sangat kecewa karena ia bersama mama-mama lainnya hendak menyampaikan surat
kepada presiden, terkait pembangunan hotel di lokasi pembangunan pasar dan
pembunuhan Sekretaris Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap), Robert Jitmau.
“Kami
mau tanya ke presiden, kenapa ada hotel di pasar itu? Itu kami tolak. Kami juga
minta supaya setiap lantai di pasar itu nanti akomodir kebutuhan kami. Lantai
satu untuk pedagang bahan basah seperti sayur, ikan. Lantai dua untuk pedagang
bahan kering, sagu, roti atau lainnya. Lantai tiga untuk barang-barang budaya
dan lantai empat untuk pendidikan anak-anak dan ruang rapat,” ungkap Mama
Yuliana Pigay.
Selain
soal denah pasar, Mama Yuliana menambahkan dalam surat yang sudah disiapkan
oleh mama-mama, tertulis permintaan agar presiden melakukan intervensi
membentuk tim pencari fakta atas kasus pembunuhan Robert Jitmau yang akrab
dipanggil Rojit.
“Banyak
kejanggalan dalam sidang Rojit. Kami ingin ada saksi ahli kecelakaan lalu
lintas dan semua saksi dihadirkan di persidangan. Lalu polisi juga harus
menunjukkan bukti percakapan telepon Rojit,” lanjut Mama Yuliana.
Setelah
mendapat informasi kalau kedatangan Presiden Jokowi ke lokasi pembangunan pasar
permanen yang merupakan eks lokasi Perum Damri, batal satu persatu mama-mama
meninggalkan lokasi.
Walau
merasa kecewa, mama pedagang asli Papua lainnya, Mia Wenda mengatakan,
bersyukur karena pasar permanen yang selama ini diperjuangkan mama-mama Papua
akhirnya terwujud dimasa kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Akhirnya
kami diberikan lokasi untuk pembangunan pasar permanen. Pemda selama ini tak
perhatikan kami. Sebagai kepala negara Presiden Jokowi bisa memperhatikan kami
mama-mama di Kota Jayapura," kata mama Mia kepada Jubi.
Katanya,
memang ada mama-mama pedagang asli Papua di daerah lain yang menempati tempat
layak untuk berjualan. Namun selama ini mama-mama yang berjualan di tengah Kota
Jayapura belum mendapatkan tempat.
"Tapi
di kepemimpinan Pak Jokowi kami dibangunkan pasar yang layak. Bangunan pasar
nantinya sepertinya bertingkat. Tapi itu tak masalah. Kami lebih senang. Tidak
seperti pasar sementara yang kami tempati sekarang ini. Kami jualan duduk
melantai dan atapnya hanya pakai tenda. Selama ini, pemda tak pernah buka mata
melihat kami disini," ucapnya. (jubi)
Komnas HAM: Pemerintah Lindungi Pelaku Paniai Berdarah!
Natalius Pigai, Komisioner Komnas HAM RI. |
Muyapa Abi- Natalius Pigai, Komisioner Komnas HAM RI mengaku mendapat
tekanan dari berbagai pihak terkait proses penyelesaian Kasus Paniai Berdarah,
8 Desember 2014. Sementara, pemerintah terkesan melindungi para pelaku dalam
kasus ini.
“Kami ingin
sampaikan bahwa masyarakat Paniai minta TNI dan Polri umumkan hasil
penyelidikan yang pernah dilakukan. Komnas HAM sudah kirim surat ke Menko
Polhukam, tetapi Pemerintah tidak mau mengumumkan, bahkan terkesan menutupi
pelaku! Nah, kasus Paniai ini letak kesalahannya ada di Pemerintah. Sepanjang
mereka menutup-nutupi pelaku khususnya terkait hasil penyelidikan institusi TNI
dan Polri, maka masyarakat tetap menolak siapapun yang melakukan penyelidikan,”
ungkapnya, dikutip dari keterangan tertulis yang dikirim ke suarapapua.com,
Senin (17/10/2016).
Sudah dua
tahun tragedi Paniai Berdarah belum terungkap. Penembakan yang menewaskan empat
pelajar tak berdosa dan melukai beberapa warga setempat, diakuinya, hingga kini
masih ditunggu-tunggu kapan akan dituntaskan.
“Banyak
pihak pertanyakan, termasuk kapan Komnas HAM mau lakukan penyelidikan pro
justisia, terus apa yang terjadi dengan Komnas HAM, dan sederet pertanyaan
lainnya. Memang Kasus Paniai Berdarah ini begitu penting bagi rakyat Paniai dan
masyarakat Papua pada umumnya, juga begitu penting bagi Indonesia di mata
dunia, karena sadar atau tidak, peristiwa Paniai telah mendunia, juga telah
menjadi memori buruk bangsa Melanesia di Papua,” beber Pigai.
“Saya kira
masyarakat Paniai berpikir cerdas karena kalau belajar dari kasus-kasus yang
lain, semua tidak pernah terbukti karena TNI dan Polri tidak pernah umumkan
pelakunya bahkan menyembunyikan pelakunya, kecuali kalau masyarakat atau
keluarga korban mau melakukan otopsi, sementara otopsi ada benturan dengan
budaya. Nah, satu-satunya jalan keluar adalah TNI dan Polri harus mengumumkan
hasil penyelidikannya. Setelah orangnya ketahuan baru Komnas HAM bisa lakukan
penyelidikan, pro justisia Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang HAM
berat,” tuturnya.
Menjawab
pertanyaan, mengapa Komnas HAM tidak lakukan dari tahun lalu atau sekarang,
menurut Natalius, “Jawaban saya sederhana, kami tidak mau menipu rakyat, karena
alat bukti untuk menunjukkan orang (pelaku) sulit ketahui, kecuali komandan
atau kesatuannya saja yang bisa kami tahu, tetapi pelaku akan sulit, lain
halnya kalau TNI dan Polri tunjuk atau pelaku mengaku sendiri, autopsi.”
Natalius
lebih lanjut membeberkan, dari seluruh hasil penyelidikan HAM berat yang
dilakukan oleh Komnas HAM hampir semua tidak terbukti, bahkan berkas yang ada
saat ini di Komnas HAM, semua bukti tidak ada yang kuat termasuk kasus Wamena
Berdarah dan kasus Wasior.
“Jadi, kalau
dibawa ke pengadilan pelakunya pasti dibebaskan. Kasus Paniai Berdarah tidak
mau mengalami hal yang sama. Kasus Paniai ingin pelaku diberi hukuman berat
sesuai dengan UU Nomor 26 tahun 2000, bahkan terancam hukuman mati kepada si pelaku.
Makanya kami apresiasi rakyat Paniai yang konsisten minta TNI dan Polri umumkan
pelakunya,” ujar Natalius.
Diakuinya,
kasus Paniai Berdarah ditanya oleh siapapun termasuk dunia Internasional, maka
yang menutupi pelaku dan tak mau buka hasil penyelidikan itu Menko Polhukam
atau Pemerintah.
“Kalau ada
oknum-oknum termasuk orang Komnas HAM yang memaksa agar lakukan penyelidikan,
maka saya pastikan itu pekerjaan penyelidikan beraroma politik, bukan Hak Asasi
Manusia murni. Saya ini pekerja Kemanusiaan, saya bukan orang politik. Kami
empati pada korban dan rakyat kecil dengan kebenaran dan keadilan, bukan hanya
menyenangkan rakyat, tetapi secara substansial pada akhirnya tidak mendapat
keadilan,” tuturnya.
Sikap yang
sama ini menurut Pigai, sudah dilakukan Komnas HAM pada penyelidikan HAM berat,
selain Paniai, Papua, juga wilayah Indonesia lainnya.
“Dengan
demikian, siapa yang salah dan menghambat dalam penyelidikan kasus Paniai, maka
saya menduga negara dengan sadar dan sengaja menutupi pelaku sembari memaksa
Komnas HAM lakukan penyelidikan, itu sebuah pembohongan kepada keluarga korban
karena hasilnya pelaku tidak akan ketahuan di pengadilan. Sementara Indonesia
umumkan kepada semua komunitas pembela HAM dan yang peduli HAM baik di dalam
negeri dan luar negeri bahwa penyelidikan Paniai sudah selesai, itu sebuah
pembohongan bagi orang-orang pencari keadilan di Paniai,” tandasnya.
Ia
menambahkan, sudah terlalu lama, 50 tahun lebih, orang Paniai menderita,
ditangkap, dianiaya, disiksa, dan dibunuh saban hari tanpa henti. Kehidupannya
penuh ketakutan, kesedihan, rintihan, ratapan dan tangisan hari-hari orang
Paniai. “Hingga hari ini mereka hidup ibarat di daerah jajahan. Dari ribuan
manusia yang mati sia-sia, biarkan mereka berjuang demi keadilan untuk sekali
ini,” tegas Pigai. (Mary Monireng/suarapapua)
Minggu, 16 Oktober 2016
Minggu, 25 September 2016
Jecky Amisim saat
bertemu James R. Moffett pimpinan PT. Freeport.
Timika, Tabloid-WANI -- Kabar duka terdengar secara tiba-tiba sekitar
beberapa jam yang lalu, seorang tokoh inspirator pemberdayaan tuju suku
di Freeport berpulang ke pangkuan Ilahi pada hari Sabtu tanggal 24
September 2016 di RSUD milik Pemda Sp 1 Mimika.
Berita duka ini tak menyangka. Kepergian salah seorang tokoh Amungme,
dan juga pejuang harga diri rakyat dan karyawan 7 suku Papua dalam area
kerja Freeport yang tertindas ini begitu cepat.
Jecky Amisim namanya, dengan pembawaan tenang, ramah kepada semua orang,
ulet dan gigih memperjuangkan harga diri, bekerja tanpa pamrih, santun
dalam berjuang serta inspirator yang tak cukup jika hanya dilukiskan
dengan kata-kata.
Kadepa: Selamat Jalan Tokoh Inspirator Pemberdayaan 7 Suku di Freeport
Menurut Laurenzus Kadepa yang juga legislator DPRP ini megatakan.
"Jasa terbesar beliau yang sering disapa Jecky ini, bagi saya sungguh
tak dapat hilang bahkan hingga ratusan tahun yang akan datang,
kegigihannya memperjuangkan harga diri dalam Freeport dari awal tak
tertandingi" ungkapnya.
Beliau adalah salah satu sosok yang berjasa hingga melahirkan "New Era
Egreement dalam Freeport".
Lanjut Kadepa "Dalam beberapa kali diskusi beliau dengan saya
dikediamannya, ketika pemberdayaan 7 suku di Freeport diperjuangkan,
saya melihat semangat yang luar biasa ketika kita bicara tentang
bagaimana melawan "Sistim Kapitalis" yang didukung penuh oleh Pemerintah
Indonesia dan Para Kaki Tangan Pemerintahannya. Dia adalah satu-satunya
orang Amungme yang rela mau korban diatas kekayaan alamnya demi
perjuangan harga dirinya, dia adalah orang yang tetap masih semangat
ketika orang lain justru hilang harapan, beliau sosok tokoh yang
benar-benar berkharisma, santun dan sangat bijaksana".
Kini sosok tanpa pamrih itu sudah pergi mendahului kita semua, jasanya
sungguh tak cukup dibalas dengan ucapan belasungkawa, bahkan buku
biografi sekalipun, selamat jalan Jecky Amisim, sang tokoh dari gunung
Nemankawi yang juga pejuang dari suku Amungme yang tak tertandingi.
Laurenzus Kadepa
Sumber: http://www.tabloid-wani.com/2016/09/kadepa-selamat-jalan-tokoh-inspirator-pemberdayaan-7-suku-di-freeport.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook&m=1
Sumber: http://www.tabloid-wani.com/2016/09/kadepa-selamat-jalan-tokoh-inspirator-pemberdayaan-7-suku-di-freeport.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook&m=1
Minggu, 14 Agustus 2016
Karnaval HUT RI di Wamena Diwarnai Bendera Bintang Fajar, Ini Pengakuan Sejumlah Siswa
Karnaval HUT RI di wamena diwarnai dengan bintang fajar
SuaraWamena - Sejak duluh
menjelang 17 Agustus Pemerintah Kabupaten Jayawijaya melaksanakan
Karnaval setiap tahunnya. Biasanya peserta yang ikut dalam Karnaval adalah
siswa dan siswi TK - Perguruan Tinggi semuanya tampil dengan busana dan atribut
masing-masing.
Pada hari Kamis 11 Agustus 2016, ada pemandangan
agar bedah dan tidak seperti biasanya ribuan siswa dari sejumlah sekolah
di kota Wamena hadir dalam Karnaval dengan berhiasan motif bendera Bintang
kejora di tubuh mereka, dilaporkan semua siswa dan siswi itu menghias tubuh
mereka dengan bendera Bintang Fajar yang merupakan simbol Papua merdeka.
Aktivis
Papua Merdeka di wamena mengatakan, kami sampaikan kepada dunia internasional
bawah , rakyat bangsa West Papua ingin bebas dari penjajahan kolonial
Indonesia, diharapkan semua pihak memahami hal ini dengan baik. Apa yang
ditampilkan sejumlah siswa itu adalah bukti.
Karena
, guru-guru semua sekolah dari dasar sampai peguruan tinggi harus memahami
dengan baik sikap siwa/I yang sementarah berniat untuk merdeka atau kebebasan
dari segala macam acaman dari kekerasan terhadap rakyat bangsa West Papua dari
tahun 1960-an sampai 2016 ini, maka dengan sejujurnya bawah semua siwa ikut
dengan Karnaval atau mempringati hari HUT 17 agustus ,NKRI bukan karena kami
ras Melanesia, bukan melayu kami adalah sesungguhnya Melanesia titik.
Salah
satu siswa mengaku bahwa, semua ini paksaan dari semua dewan guru maka kami
semua siwa dan siswa dari Sekolah Dasar sampai penguruan tinggi hanya mengikuti
saja tautnya dikeluarkan dari sekolah dan kami sampaikan pesan kepada bapak
Bubati dan yang kerja di pemeritah kolonial Indonesia segera, atau harap di
pahami baik sikap dari rakyat bangsa West Papua dan kami semua sedang
mengikuti perkembangan yang terjadi di Jawa dan Bali, mahasiwa Papua
didiskriminasi oleh ormas dan Aparat Kepolisian Indonesia.
Maka
sekarang pada Karnaval ini kami semua siswa menhiasi badan kami dengan bendera
Bintang Fajar artinya kami mau merdeka dari dari penjajah Indonesia. Maka kami
dari siswa siswi harap kepada Kapolres Jayawijaya mohon dimengarti bahwa kami
tidak menghias bendera Merah Putih walaupun ini dalam rangah Hari Ulang
Tahun Indonesia, kami menghias dengan bendera Bintang Fajar arti kami ingin
merdeka dan bebas dari penjajahan Indonesia.
Kami
semua siswa dari Sorong - Merauke , memahami perjuangan Papua merdeka dan juga
kami kenal sebuah wada persatuan United Liberation Movement for West Papua
(ULMWP) dan semua agenda di tingkat Melanesia Spearhead Group (MSG) dan dunia
internasional. Maka kami semua menolak cara kolonial Indonesia memaksakan kami
untuk memperingati hari ulang Tahun negara mereka. Mohon dihentikan pembusukan
dari bangsa kolonial. Ujar sejumlah siswa yang tidak mau disebutkan namanya
itu.
Jumat, 29 Juli 2016
Perebutan Harta Karun Emas Papua Membawa Maut Banyak Nyawa Negarawan Dunia
EMAS PT, FREEPORT MEMBAWAH MAUT
Oleh: abi muyapa
Perebutan Harta Karun Emas Papua Membawa Maut Banyak Nyawa Negarawan Dunia
"Sering orang bertanya, apakah kekayaan alam merupakan berkah atau kutukan? Bagi Greg Poulgrain tampaknya lebih sebagai kutukan, mengapa?
Menurut Poulgrain, dosen sejarah
politik Indonesia di Universitas Sunshine Coast, di Utara Brisbane Australia,
kekayaan alam Papua menjadi pusaran maut yang merengut nyawa Presiden Amerika
Serikat John F Kennedy; menjatuhkan Presiden Soekarno dan melahirkan rezim
militer di Indonesia.
Poulgrain menambahkan pembunuhan Dag Hammarskojolf, Sekjend PBB pada tahun 1961 juga terkait dengan Papua. Kendali "kutukan" berada ditangan mantan kepala Badan Intelegen Pusat Amerika Serikat (CIA), Allan Dulles yang dikenal dekat dengan Raja Minyak Rockefeller dan pejabat pertahanan AS". (Harry Bhaskara; Resensi Buku: 'The Incubus of Intervention Conflcting Indonesia Strategies of John F Kennedy and Allan Dulles', Kompas, 2015)".
Wartawan Kompas yang berdomisili di Brisbane Australia tersebut lebih lanjut; penulis melakukan riset berpuluh tahun dan menemui pelaku sejarah, termasuk Jeans Jacques Dozy, ahli geologi Belanda yang pertama kali menemukan emas pada tahun 1936. Kedua gunung ini digarap Amerika tahun 1967. Setelah 20 tahun barulah Dozy mengakui bahwa gunung yang dia temukan bukan tembaga tetapi gunung emas".
Perebutan Harta Karun: Emas Papua Illegal
Perusahaan asing bernama PT Freeport Mc Moren n Gold, yang kini disebut PT Freeport Indonesia (PT FI) ini pertama kali menginjakkan kakinya ditanah orang tanpa permisi. Oleh sebab itu PT. Freeport, Perusahaan Pertambangan Emas, Perak, Tembaga, Uranium, Biji besi dll di Bumi Papua sesungguhnya illegal karena tanpa izin masuk begitu saja dalam situasi politik Papua tidak menentu apakah bergàbung dengan NKRI atáu berdiri sendiri, berdaulat penuh tanpa ikut Belanda atau Indonesia belum diputuskan didalam sidang PBB, yang penentuannya tiga tahun kemudian tepatanya tahun 1970 disahkan PBB dan itupun atas desakan dan tekanan Amerika terhadap Belanda agar meninggalkan Papua.
Jika saja rakyat Papua menempuh jàlur hukum proses Arbitrase Internasional di Denhag Belanda maka sesungguhnya keberadaan PT Freeport Timika Papua oleh perusahaan Amerika ini bisa dianggap illegal alias secara liar. Sebab proses sejak awal PT Freeport tanpa melibatkan pemilik ulayat terutama suku-suku diarea pertambangan Emas.
Dan satu hal lebih penting saat ini bahwa PEPERA dilaksanakan tidak melalui mekanisme one man one vote melainkan sistem perwakilan atau all man one vote yakni hanya diwakili tidak lebih 205 orang mewakili rakyat Papua dalam proses penentuan pendapat rakyat (PEPERA) antara pilihan berdiri berdaulat jadi negara sendiri atau bergabung dengan Indonesia yang dilaksanakan dibawah tekanan dan intimidasi penuh rekayasa militer Indonesia itu.
Maka kita tengok kebelakang sejarah Papua ada dua hal paling krusial terkait masalah HARTA KARUN PAPUA, pertama status politik Papua belum sah penuh mengingat prosesnya dan untuk itu perlu pelurusan sejarah kembali dan kedua, soal masuknya PT Freeport sendiri bernuansa sangat politis sehingga bisa diartikan bahwa Papua dipaksa bergabung dengan Indonesia ďibelakangnya ada motivasi Amerika menguasau HARYA KARUN PAPUA dari tangan Belanda. Maka pada hakekatnya proses politik Papua bagian NKRI tidak sah dan itu berlangsung terus sampai 57 tahun hingga sekarang timbul masalah 'Papa minta saham', Seya Novanto, (Ketua DPR RI).
Dan perusahaan Amerika ini masuk dalam posisi ketidak pastian politik masa depan Papua antara menentukan nasib sendiri atau bergabung dengan NKRI, pada masa seperti inilah perusahaan yang kemudian menjelma menjadi perusahaan emas nomor satu dunia ini masuk memulai aktifitas Pertambangan Emas dan 7 jenis kandungan mineral berharga lainnya yang dikeruk terhitung sebagai penambangan raksasa nomor satu dunia dewasa ini dan mereka sudah mencuri harta karun rakyat Papua sejak tahun 1967 dengan nilai produksi perhari trilyunan rupiah. Freeport terbesar dàri 5 tambang emas terbesar didunia.
Cadangan Emas 30 juta troy ounce setara Rp: 1.200 jt trilyun rupiah. PT. FI produksi: 1.400 troy ounce (2011). Cadangan: 29, 8 jt troy ounce emas dan 2, 35 milyar ton material bijih ore mengandung mineral berharga. Jumlah tenaga kerja 20.000 orang. Cadangan Emas Papua mencapai 29,8 jt troy merupakan cadangan terbesar atau mencakup 95 porsen dari total cadangan emas Freeport dunia.
Segala bentuk produk hukum pembenaran dan regulasi dibuat oelh negara semata-mata sebagai modus pencurian kekayaan alam Papua. Pandangan mereka penduduk Papua masih primitive sehingga semuanya rekayasa diatas rekayasa sebagai justifikasi sepihak pelaku kejahatan untuk menguasai dan proses pembenaran diri merampok harta karun Papua. Demikian seluruh Peraturan dan UU pemerintah Indonesia seluruhnya illegal semata-mata pembenaran diri merampok harta karun rakyat Papua.
Orang pertama yang klaim atau mengatasnamakan sebagai pemilik lahan secara illegal dan ofiktif/bodong kepemilikan hak atas Tanah Adat Amungsa Timika bernama Ali Budiarjo (Menteri Luar Negeri zaman Soekarno berkuasa), Bapak Mantu Imam Prasodjo, (Dosen UI pengamat sosial politik). Dan Hotel Arya Dutha sebelah Patung Tani menjadi saksi bisu dari hasil Emas Timika Papua yang pertama dibangun milik Ali Budiarjo.
Awalnya Ali Budiarjo ini bikin sertifikat kepemilikan lahan seluas 2.600m hektar, meminta agar ditandatangani jempol beberapa org buta huruf suku Amugme dan Komoro. Dengan dasar rekayasa ini Ali Budiarjo, merasa berhak menandatangani Kontrak karya PT Freeport Mc Moren n Gold Inc. Amerika itu untuk segera masuk memulai operasi tajun 1967. Sejak itu dan PT FREEPORT adalah pintu masuk utama dan satu-satunya pintu dimulainya seluruh kejahatan kemanusiaan di Papua setelah PEPERA tahun 1962 hingga sekarang tulisan ini dibuat entah sampai kapan nanti akan berakhir.
FREEPORT penyebab utama Soekarno dijatuhkan/dikudeta Militer (Letjend Soeharto) melalui peristiwa dikenal Lubang Buaya. Ribuan nyawa rakyat Indonesia dibunuh oleh saudaranya sendiri sesama rakyat Indonesia hanya karena berbeda ideologi semata. PKI dianggap tidak berhak hidup dibumi Indonesia setelah sama-sama berjuang kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.
Otak dibelakang semua kejahatan kemanusian ini adalah Direktur CIA, Allan Dullas, yang kala itu sudah menjadi intel tatkala Presiden muda cerdas dan brilian, John F Kennedy baru lahir. Soekarno bersahabat baik dengan John F. Kennedy, dan Soekarno pernah mengatakan padanya bahwa di Indonesia PKI hanya duapuluh porsen, umumnya kaum nasionalis (PNI). Sehingga Kennedy tak percaya bahaya Komunis di Indonesia ketimbang Vietnam pada masa perang dingin antara blok Timur dan blok Barat antara dua negara Adi Kuasa Amerika Serikat dengan Uni Soviet.
Allan Dulles (Direktur CIA) orang paling bertanggung jawab, manusia paling mematikan hingga 6 juta jiwa rakyat Indonesia dibantai sebagai PKI tanpa proses pengadilan. Demikian seluruh pembantaian rakyat Papua oleh militer Indonesia. Peristiwa pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi, semuanya settingan CIA untuk melemahkan kekuasaan politik Soekarno yang bersikap menolak karena beliau sebagai seorang negarawan sejati tidak mengizinkan Amerika garap Harta Karun Papua.
Sejak Presiden Soekarno dijatuhkan oleh Letjend Soeharto yang militeristik, Indonesia memasuki babak baru pemerintahan sentralistik. Kejahatan demi kejahatan militer terhadap rakyat Papua sudah berlangsung untuk mengamankan perampokan harta karun orang Papua dibawah pengawasan militer Indonesia. Maka PT Freeport hanya membayar "upeti", sebagai uang pengaman beberapa Jendral yang dianggap bertanggungjawab atas Papua. Demikian pola pengamanan operasi liar secara illegal harta karun Papua dirampok oleh Amerika melalui penjagaan atau "satpam" Indonesia.
Harta karun Papua menjadi motivasi Amerika melalui PT Freeport melakukan kejahatan kemanusiaan tidak hanya rakyat Papua tapi Presiden Amerika John F Kennedy, Soekarno dan tak kalah pentingnya 6 juta jiwa lebih rakyat Indonesia dibantai oleh militer penyebabnya karena motivasi Amerika merampok harta karun Papua.
Demikian banyak kematian dan pembantaian serta pembunuhan sadis oleh militer Indonesia terhadap rakyat Papua tidak lain bukan karena apa selain satu-satunya karena ORANG PAPUA MEMILIKI HARTA KARUN.
Harta karun inilah penyebab utama dan satu-satunya pintu masuk Indonesia dan Amerika melakukan kejahatan kemanusiaan dengan merampas hak-hak kemerdekaan rakyat Papua.
Amerika memaksa Belanda meninggalkan papua dan mengagalkan kemerdekaan Papua, memaksa Belanda keluar dari papua persisnya Perusahaan tambang emas raksasa dunia ini memulai beroperasi tahun 1967 sebelum status Papua resmi disahkan PBB sebagai bagian Indonesia pada tahun 1970
STOP DISKRIMINASI RASIAL MENGUNAKAN ISU SEPARATIS TERHADAP
MAHASISWA PAPUA DI YOGYAKARTA
“Dari Stigma separatis,
Rasisme, kepada Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Jika kami dibilang SEPARATIS,
MAKAR, dan lain sebagainya maka kami akan bertanya apa dasarnya dan buktinya, serta
apakah secara definisi Mahasiswa Papua Separatis atau Makar sama? Stigma
diatas, jika dibicarakan dan/atau diucapkan oleh masyarakat menegah ke bawah
kami (Mahasiswa Papua Yogyakarta) tidak persoalkan dan bahkan tidak perdulikan
karena kami tahu mereka tidak berpendidikan dan tidak memiliki wawasan yang
luas sehingga mereka dapat berkata-kata demikian. Kami sangat jengkel dan tidak
sepakat jika hal itu disampaikan oleh orang yang berpendidikan atau Seorang
Pejabat Publik, seperti Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, dan Alat Keamanan
Negara sebab mereka memiliki etika profesi yang mewajibkan Seorang Pejabat
Negara Untuk Profesional. , kami menilai
ada beberapa isu yang dikembangkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
kepada Mahasiswa Papua yang di Identikan dengan WONG IRENG, TUKANG RESE,
PEMABUK, PREMAN, dan sekarang mulai dikembangkan STIGMA SEPARATISME. Pada
prinisipnya kami simpulkan bahwa semua sebutan atau sapaan diatas merupakan
“PROYEK STIGMA TERHADAP KAMI MAHASISWA PAPUA” yang sedang didorong oleh pihak
tertentu untuk kepentingan mereka. Dari jumlah Pelajar dan Mahasiswa Papua yang
mencapai 7000-an lebih di seluruh wilayah Yogyakarta, tentunya melalui
pemenuhan kebutuhan hidupnya (Sandan, Pangan dan Papan) telah sukses memberikan
SUMBANGSIH TERBESAR SECARA EKONOMI KEPADA MASYARAKAT YOGYAKARTA, khususnya
Pemilik Kos-kosan, pemilik kontrakan, pemilik warung makan, pemilik tempat cuci
pakaian, pemilik rental pengetikan, pemilik warnet, pemilik rental kendaraan,
dan lain sebagainya. Selain itu karena pengiriman uang untuk biaya hidup
mahasiswa papua selama ini mengunakan akses Bank (swasta maupun milik negara)
maka secara otomatis memberikan keuntungan atau pemasukan bagi Pendapat Asli
Daerah (PAD) Daerah Istimewah Yogyakarta sehingga dapat disimpulkan bahwa
:“KEBERADAAN MAHASISWA PAPUA MEMBERIKAN KONTRIBUSI BESAR SECARA EKONOMI KEPADA
MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”Pertanyaannya adalah
Apakah Orang Yang Selalu Mengatas namakan Masyarakat Yogyakarta Untuk Kepentingan
Politik, Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Memberikan Kontribusi Secara Ekonomi
Kepada Masyarakat Yogyakarta seperti yang dilakukan mahasiswa papua?. Deklarasi
Jogja Anti Separatis yang ditujukan kepada seluruh Mahasiswa Papua di
Yogyakarta, pada tanggal 16 juli 2016 di asrama mahasiswa papua Yogyakarta merupakan sjak dari 2010an
dimulainya Tindakan Siar Kebencian Berbasis Diskriminasi Ras dan Etnis dalam ke
Istimewaan Yogyakarta. Anehnya lagi tindakan itu didukung oleh SEORANG GUBERNUR
,RAJA JAWA,SERTA KESULTANAN sehingga kami menyimpulkan bahwa tindakan
“DISKRIMINASI SEPARATISRAS DAN ETNIS TERHADAP MAHASISWA PAPUA di Yogyakarta
dilakukan secara struktural baik oleh masyarakat maupun pemerintah setempat. Melalui
Peristiwa diatas, secara langsung telah merusak tatanan Negara Indonesia yang
terbentuk dari sekian suku, bangsa, etnik dan ras. Mengingat tindakan Siar
Kebencian adalah Tindak Pidana dan Diskriminasi Rasial adalah Pelanggaran HAM
sebagaimana dijamin dalam Pasal 156 junto Pasal 157 Kitab Undang Undang Hukum
Pidana dan Pasal 4 junto Pasal 15 Undang Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang
Peghentian Diskriminasi Ras dan Etnis sehingga para pelaku baik secara invidu
maupun organisasi wajib diberikan sangksi sesuai dengan aturan yang berlaku
demi melindungi Hak Asasi Manusia setiap warga Negara Indonesia sembari
mewujudkan Prinsip Negara Indonesia adalah Negara hukum dan perlakuan yang sama
didepan hukum.
By:abi muyapa
“STOP DISKRIMINASI RASIAL MENGUNAKAN ISU SEPARATIS TERHADAP MAHASISWA PAPUA DI YOGYAKARTA”Kamis, 28 Juli 2016
Ini Nama Korban Tewas dan Luka akibat Perang Suku di Papua
Kronologis Konflik di Kampung Matoa Distrik Kwamki Narama Mimika
Posted By: hugeng widodoon: July 27, 2016In: Berita Utama, Index Berita, NusantaraNo Comments
Papua, Berita360.com – Melaporkan pada tanggal 25 juli 2016 sekira pukul 05.00 wit telah terjadi penyerangan terhadap Masayarakat suku Dani yang ada di kampong Tunas Matoa distrik kwamki Narama yang dilakukan kelompok masyarakat dari kwamki narama bagian atas.
Penyerangan masyarakat dari kelompok kwamki narama bagian atas dilakukan mendasari kejadian pengrusakan dan penganiyaan yang diduga dilakukan oleh kelompok masyarakat suku dani tanggal 24 juli 2016 pukul 20.00 wit yang mengakibatkan korban dari kelompok kwamki narama bagian atas.
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Dari hasil pengecekan data sementara yang ada terkait dari penyerangan tersebut mengakibatkan 17 rumah terbakar, 13 orang luka 2 dan 2 orang tewas,
Pada pukul 08.00 wit setelah melakukan penyerangan terhadap kelompok masyarakat Dani di kampung Tunas Matoa kelompok kwamki narama bagian atas membuang suara ke kelompok kwamki narama bagian bawah dan terjadi perang panah namun berhasil dihalau oleh sat dalmas polsesta dan brimob den B mimika.
Pada pukul 09.00 wit keluarga korban pengrusakan dan penganiayaan tanggal 24 juli 2016 yang kebetulan dari suku amungme, Dani dan moni berkumpul di Timika regency sejumlah 200 orang berencana menyerang kampung tunas matoa namun berhasil disekat oleh dalmas dan brimob den B mimika.
DATA KORBAN LUKA :
1. Nundi Kogoya
2. Nindus Tabuni
3. Endius Kogoya
4. Ruben Kogoya
5. Kiron Kogoya
6. Roy Wonda
7. Balpin Kogoya
8. Yendinus Wenda
9. Marlon Kogoya
10. Eripan Wenda
11. Yohanis Tabuni
12. Dani Tabuni
13. Yohanes Kum
DATA KORBAN MENINGGAL DUNIA
1. Lenus Kogoya
2. Timotius Kogoya
DATA KORBAN MATERIIL :
1. 17 unit Rumah dibakar
2. 4 unit motor dirusak
3. 1 unit mobil dirusak
CATATAN :
1. Kwamki narama bagian atas berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian bawah
2. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian atas
3. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) telah terbagi dua kelompok sebagian menginginkan perang dan sebagian tidak menginginkan perang.
4. Dari suku amungge berkonflik dengan masyarakat di kampung tunas matoa (suku dani)
5. Kelompok kwamki narama bagian atas posisinya terjepit dengan kelompok kwamki narama bagian bawah dan kelompok kampung tunas matoa.
6. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa sementara ini sebagian besar masih mengungsi di gereja-gereja. (rhg)
muyapa abi
Ini Nama Korban Tewas dan Luka akibat Perang Suku di Papua saat ini
Posted By: hugeng widodoon: July 27, 2016In: Berita Utama, Index Berita, NusantaraNo Comments
Papua, Berita360.com – Melaporkan pada tanggal 25 juli 2016 sekira pukul 05.00 wit telah terjadi penyerangan terhadap Masayarakat suku Dani yang ada di kampong Tunas Matoa distrik kwamki Narama yang dilakukan kelompok masyarakat dari kwamki narama bagian atas.
Penyerangan masyarakat dari kelompok kwamki narama bagian atas dilakukan mendasari kejadian pengrusakan dan penganiyaan yang diduga dilakukan oleh kelompok masyarakat suku dani tanggal 24 juli 2016 pukul 20.00 wit yang mengakibatkan korban dari kelompok kwamki narama bagian atas.
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Dari hasil pengecekan data sementara yang ada terkait dari penyerangan tersebut mengakibatkan 17 rumah terbakar, 13 orang luka 2 dan 2 orang tewas,
Pada pukul 08.00 wit setelah melakukan penyerangan terhadap kelompok masyarakat Dani di kampung Tunas Matoa kelompok kwamki narama bagian atas membuang suara ke kelompok kwamki narama bagian bawah dan terjadi perang panah namun berhasil dihalau oleh sat dalmas polsesta dan brimob den B mimika.
Pada pukul 09.00 wit keluarga korban pengrusakan dan penganiayaan tanggal 24 juli 2016 yang kebetulan dari suku amungme, Dani dan moni berkumpul di Timika regency sejumlah 200 orang berencana menyerang kampung tunas matoa namun berhasil disekat oleh dalmas dan brimob den B mimika.
DATA KORBAN LUKA :
1. Nundi Kogoya
2. Nindus Tabuni
3. Endius Kogoya
4. Ruben Kogoya
5. Kiron Kogoya
6. Roy Wonda
7. Balpin Kogoya
8. Yendinus Wenda
9. Marlon Kogoya
10. Eripan Wenda
11. Yohanis Tabuni
12. Dani Tabuni
13. Yohanes Kum
DATA KORBAN MENINGGAL DUNIA
1. Lenus Kogoya
2. Timotius Kogoya
DATA KORBAN MATERIIL :
1. 17 unit Rumah dibakar
2. 4 unit motor dirusak
3. 1 unit mobil dirusak
CATATAN :
1. Kwamki narama bagian atas berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian bawah
2. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian atas
3. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) telah terbagi dua kelompok sebagian menginginkan perang dan sebagian tidak menginginkan perang.
4. Dari suku amungge berkonflik dengan masyarakat di kampung tunas matoa (suku dani)
5. Kelompok kwamki narama bagian atas posisinya terjepit dengan kelompok kwamki narama bagian bawah dan kelompok kampung tunas matoa.
6. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa sementara ini sebagian besar masih mengungsi di gereja-gereja. (rhg)
Langganan:
Postingan (Atom)