Senin, 17 Oktober 2016

Batal Kunjungi Pembangunan Pasar, Jokowi Kecewakan Mama-Mama Papua

Mama-mama pedagang asli Papua yang menunggu kedatangan Jokowi di lokasi pembangunan pasar - IST
JAYAPURA, PACEKRIBO - Sedikitnya 30 an mama-mama Papua pedagang asli Papua yang menunggu kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke lokasi pembangunan pasar permanen mama-mama Papua di Jalan Ahmad Yani, Kota Jayapura kecewa lantaran orang nomor satu di Indonesia tersebut batal melihat langsung pembangunan pasar, Senin (17/10/2016).
Mama Yuliana Pigay, salah satu pedagang di pasar sementara Mama-Mama Papua mengaku sangat kecewa karena ia bersama mama-mama lainnya hendak menyampaikan surat kepada presiden, terkait pembangunan hotel di lokasi pembangunan pasar dan pembunuhan Sekretaris Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap), Robert Jitmau.
“Kami mau tanya ke presiden, kenapa ada hotel di pasar itu? Itu kami tolak. Kami juga minta supaya setiap lantai di pasar itu nanti akomodir kebutuhan kami. Lantai satu untuk pedagang bahan basah seperti sayur, ikan. Lantai dua untuk pedagang bahan kering, sagu, roti atau lainnya. Lantai tiga untuk barang-barang budaya dan lantai empat untuk pendidikan anak-anak dan ruang rapat,” ungkap Mama Yuliana Pigay.
Selain soal denah pasar, Mama Yuliana menambahkan dalam surat yang sudah disiapkan oleh mama-mama, tertulis permintaan agar presiden melakukan intervensi membentuk tim pencari fakta atas kasus pembunuhan Robert Jitmau yang akrab dipanggil Rojit.
“Banyak kejanggalan dalam sidang Rojit. Kami ingin ada saksi ahli kecelakaan lalu lintas dan semua saksi dihadirkan di persidangan. Lalu polisi juga harus menunjukkan bukti percakapan telepon Rojit,” lanjut Mama Yuliana.
Setelah mendapat informasi kalau kedatangan Presiden Jokowi ke lokasi pembangunan pasar permanen yang merupakan eks lokasi Perum Damri, batal satu persatu mama-mama meninggalkan lokasi.
Walau merasa kecewa, mama pedagang asli Papua lainnya, Mia Wenda mengatakan, bersyukur karena pasar permanen yang selama ini diperjuangkan mama-mama Papua akhirnya terwujud dimasa kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Akhirnya kami diberikan lokasi untuk pembangunan pasar permanen. Pemda selama ini tak perhatikan kami. Sebagai kepala negara Presiden Jokowi bisa memperhatikan kami mama-mama di Kota Jayapura," kata mama Mia kepada Jubi.  
Katanya, memang ada mama-mama pedagang asli Papua di daerah lain yang menempati tempat layak untuk berjualan. Namun selama ini mama-mama yang berjualan di tengah Kota Jayapura belum mendapatkan tempat.
"Tapi di kepemimpinan Pak Jokowi kami dibangunkan pasar yang layak. Bangunan pasar nantinya sepertinya bertingkat. Tapi itu tak masalah. Kami lebih senang. Tidak seperti pasar sementara yang kami tempati sekarang ini. Kami jualan duduk melantai dan atapnya hanya pakai tenda. Selama ini, pemda tak pernah buka mata melihat kami disini," ucapnya. (jubi)

Komnas HAM: Pemerintah Lindungi Pelaku Paniai Berdarah!

Natalius Pigai, Komisioner Komnas HAM RI.
  Muyapa Abi-  Natalius Pigai, Komisioner Komnas HAM RI mengaku mendapat tekanan dari berbagai pihak terkait proses penyelesaian Kasus Paniai Berdarah, 8 Desember 2014. Sementara, pemerintah terkesan melindungi para pelaku dalam kasus ini.
“Kami ingin sampaikan bahwa masyarakat Paniai minta TNI dan Polri umumkan hasil penyelidikan yang pernah dilakukan. Komnas HAM sudah kirim surat ke Menko Polhukam, tetapi Pemerintah tidak mau mengumumkan, bahkan terkesan menutupi pelaku! Nah, kasus Paniai ini letak kesalahannya ada di Pemerintah. Sepanjang mereka menutup-nutupi pelaku khususnya terkait hasil penyelidikan institusi TNI dan Polri, maka masyarakat tetap menolak siapapun yang melakukan penyelidikan,” ungkapnya, dikutip dari keterangan tertulis yang dikirim ke suarapapua.com, Senin (17/10/2016).
Sudah dua tahun tragedi Paniai Berdarah belum terungkap. Penembakan yang menewaskan empat pelajar tak berdosa dan melukai beberapa warga setempat, diakuinya, hingga kini masih ditunggu-tunggu kapan akan dituntaskan.
“Banyak pihak pertanyakan, termasuk kapan Komnas HAM mau lakukan penyelidikan pro justisia, terus apa yang terjadi dengan Komnas HAM, dan sederet pertanyaan lainnya. Memang Kasus Paniai Berdarah ini begitu penting bagi rakyat Paniai dan masyarakat Papua pada umumnya, juga begitu penting bagi Indonesia di mata dunia, karena sadar atau tidak, peristiwa Paniai telah mendunia, juga telah menjadi memori buruk bangsa Melanesia di Papua,” beber Pigai.
“Saya kira masyarakat Paniai berpikir cerdas karena kalau belajar dari kasus-kasus yang lain, semua tidak pernah terbukti karena TNI dan Polri tidak pernah umumkan pelakunya bahkan menyembunyikan pelakunya, kecuali kalau masyarakat atau keluarga korban mau melakukan otopsi, sementara otopsi ada benturan dengan budaya. Nah, satu-satunya jalan keluar adalah TNI dan Polri harus mengumumkan hasil penyelidikannya. Setelah orangnya ketahuan baru Komnas HAM bisa lakukan penyelidikan, pro justisia Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang HAM berat,” tuturnya.
Menjawab pertanyaan, mengapa Komnas HAM tidak lakukan dari tahun lalu atau sekarang, menurut Natalius, “Jawaban saya sederhana, kami tidak mau menipu rakyat, karena alat bukti untuk menunjukkan orang (pelaku) sulit ketahui, kecuali komandan atau kesatuannya saja yang bisa kami tahu, tetapi pelaku akan sulit, lain halnya kalau TNI dan Polri tunjuk atau pelaku mengaku sendiri, autopsi.”
Natalius lebih lanjut membeberkan, dari seluruh hasil penyelidikan HAM berat yang dilakukan oleh Komnas HAM hampir semua tidak terbukti, bahkan berkas yang ada saat ini di Komnas HAM, semua bukti tidak ada yang kuat termasuk kasus Wamena Berdarah dan kasus Wasior.
“Jadi, kalau dibawa ke pengadilan pelakunya pasti dibebaskan. Kasus Paniai Berdarah tidak mau mengalami hal yang sama. Kasus Paniai ingin pelaku diberi hukuman berat sesuai dengan UU Nomor 26 tahun 2000, bahkan terancam hukuman mati kepada si pelaku. Makanya kami apresiasi rakyat Paniai yang konsisten minta TNI dan Polri umumkan pelakunya,” ujar Natalius.
Diakuinya, kasus Paniai Berdarah ditanya oleh siapapun termasuk dunia Internasional, maka yang menutupi pelaku dan tak mau buka hasil penyelidikan itu Menko Polhukam atau Pemerintah.
“Kalau ada oknum-oknum termasuk orang Komnas HAM yang memaksa agar lakukan penyelidikan, maka saya pastikan itu pekerjaan penyelidikan beraroma politik, bukan Hak Asasi Manusia murni. Saya ini pekerja Kemanusiaan, saya bukan orang politik. Kami empati pada korban dan rakyat kecil dengan kebenaran dan keadilan, bukan hanya menyenangkan rakyat, tetapi secara substansial pada akhirnya tidak mendapat keadilan,” tuturnya.
Sikap yang sama ini menurut Pigai, sudah dilakukan Komnas HAM pada penyelidikan HAM berat, selain Paniai, Papua, juga wilayah Indonesia lainnya.
“Dengan demikian, siapa yang salah dan menghambat dalam penyelidikan kasus Paniai, maka saya menduga negara dengan sadar dan sengaja menutupi pelaku sembari memaksa Komnas HAM lakukan penyelidikan, itu sebuah pembohongan kepada keluarga korban karena hasilnya pelaku tidak akan ketahuan di pengadilan. Sementara Indonesia umumkan kepada semua komunitas pembela HAM dan yang peduli HAM baik di dalam negeri dan luar negeri bahwa penyelidikan Paniai sudah selesai, itu sebuah pembohongan bagi orang-orang pencari keadilan di Paniai,” tandasnya.
Ia menambahkan, sudah terlalu lama, 50 tahun lebih, orang Paniai menderita, ditangkap, dianiaya, disiksa, dan dibunuh saban hari tanpa henti. Kehidupannya penuh ketakutan, kesedihan, rintihan, ratapan dan tangisan hari-hari orang Paniai. “Hingga hari ini mereka hidup ibarat di daerah jajahan. Dari ribuan manusia yang mati sia-sia, biarkan mereka berjuang demi keadilan untuk sekali ini,” tegas Pigai. (Mary Monireng/suarapapua)

Minggu, 25 September 2016

Jecky Amisim saat bertemu James R. Moffett pimpinan PT. Freeport. Timika, Tabloid-WANI -- Kabar duka terdengar secara tiba-tiba sekitar beberapa jam yang lalu, seorang tokoh inspirator pemberdayaan tuju suku di Freeport berpulang ke pangkuan Ilahi pada hari Sabtu tanggal 24 September 2016 di RSUD milik Pemda Sp 1 Mimika. Berita duka ini tak menyangka. Kepergian salah seorang tokoh Amungme, dan juga pejuang harga diri rakyat dan karyawan 7 suku Papua dalam area kerja Freeport yang tertindas ini begitu cepat. Jecky Amisim namanya, dengan pembawaan tenang, ramah kepada semua orang, ulet dan gigih memperjuangkan harga diri, bekerja tanpa pamrih, santun dalam berjuang serta inspirator yang tak cukup jika hanya dilukiskan dengan kata-kata. Kadepa: Selamat Jalan Tokoh Inspirator Pemberdayaan 7 Suku di Freeport Menurut Laurenzus Kadepa yang juga legislator DPRP ini megatakan. "Jasa terbesar beliau yang sering disapa Jecky ini, bagi saya sungguh tak dapat hilang bahkan hingga ratusan tahun yang akan datang, kegigihannya memperjuangkan harga diri dalam Freeport dari awal tak tertandingi" ungkapnya. Beliau adalah salah satu sosok yang berjasa hingga melahirkan "New Era Egreement dalam Freeport". Lanjut Kadepa "Dalam beberapa kali diskusi beliau dengan saya dikediamannya, ketika pemberdayaan 7 suku di Freeport diperjuangkan, saya melihat semangat yang luar biasa ketika kita bicara tentang bagaimana melawan "Sistim Kapitalis" yang didukung penuh oleh Pemerintah Indonesia dan Para Kaki Tangan Pemerintahannya. Dia adalah satu-satunya orang Amungme yang rela mau korban diatas kekayaan alamnya demi perjuangan harga dirinya, dia adalah orang yang tetap masih semangat ketika orang lain justru hilang harapan, beliau sosok tokoh yang benar-benar berkharisma, santun dan sangat bijaksana". Kini sosok tanpa pamrih itu sudah pergi mendahului kita semua, jasanya sungguh tak cukup dibalas dengan ucapan belasungkawa, bahkan buku biografi sekalipun, selamat jalan Jecky Amisim, sang tokoh dari gunung Nemankawi yang juga pejuang dari suku Amungme yang tak tertandingi. Laurenzus Kadepa

Sumber: http://www.tabloid-wani.com/2016/09/kadepa-selamat-jalan-tokoh-inspirator-pemberdayaan-7-suku-di-freeport.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook&m=1

Minggu, 14 Agustus 2016

Karnaval HUT RI di Wamena Diwarnai Bendera Bintang Fajar, Ini Pengakuan Sejumlah Siswa

                                Karnaval HUT RI di wamena diwarnai dengan bintang fajar
SuaraWamena - Sejak duluh menjelang 17 Agustus Pemerintah Kabupaten Jayawijaya melaksanakan Karnaval setiap tahunnya. Biasanya peserta yang ikut dalam Karnaval adalah siswa dan siswi TK - Perguruan Tinggi semuanya tampil dengan busana dan atribut masing-masing. 
Pada hari Kamis 11 Agustus 2016, ada pemandangan agar bedah dan tidak seperti biasanya  ribuan siswa dari sejumlah sekolah di kota Wamena hadir dalam Karnaval dengan berhiasan motif bendera Bintang kejora di tubuh mereka, dilaporkan semua siswa dan siswi itu menghias tubuh mereka dengan bendera Bintang Fajar yang merupakan simbol Papua merdeka.








Aktivis Papua Merdeka di wamena mengatakan, kami sampaikan kepada dunia internasional bawah , rakyat bangsa West Papua ingin bebas dari penjajahan kolonial Indonesia, diharapkan semua pihak memahami hal ini dengan baik. Apa yang ditampilkan sejumlah siswa itu adalah bukti.
Karena , guru-guru semua sekolah dari dasar sampai peguruan tinggi harus memahami dengan baik sikap siwa/I yang sementarah berniat untuk merdeka atau kebebasan dari segala macam acaman dari kekerasan terhadap rakyat bangsa West Papua dari tahun 1960-an sampai 2016 ini, maka dengan sejujurnya bawah semua siwa ikut dengan Karnaval atau mempringati hari HUT 17 agustus ,NKRI bukan karena kami ras Melanesia, bukan melayu kami adalah sesungguhnya Melanesia titik.
Salah satu siswa mengaku bahwa, semua ini paksaan dari semua dewan guru maka kami semua siwa dan siswa dari Sekolah Dasar sampai penguruan tinggi hanya mengikuti saja tautnya dikeluarkan dari sekolah dan kami sampaikan pesan kepada bapak Bubati dan yang kerja di pemeritah kolonial Indonesia segera, atau harap di pahami baik sikap dari rakyat bangsa West Papua dan  kami semua sedang mengikuti perkembangan yang terjadi di Jawa dan Bali, mahasiwa Papua didiskriminasi oleh ormas dan Aparat Kepolisian Indonesia.

Maka sekarang pada Karnaval ini kami semua siswa menhiasi badan kami dengan bendera Bintang Fajar artinya kami mau merdeka dari dari penjajah Indonesia. Maka kami dari siswa siswi harap kepada Kapolres Jayawijaya mohon dimengarti bahwa kami tidak menghias bendera  Merah Putih walaupun ini dalam rangah Hari Ulang Tahun Indonesia, kami menghias dengan bendera Bintang Fajar arti kami ingin merdeka dan bebas dari penjajahan Indonesia.
Kami semua siswa dari Sorong - Merauke , memahami perjuangan Papua merdeka dan juga kami kenal sebuah wada persatuan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan semua agenda di tingkat Melanesia Spearhead Group (MSG) dan dunia internasional. Maka kami semua menolak cara kolonial Indonesia memaksakan kami untuk memperingati hari ulang Tahun negara mereka. Mohon dihentikan pembusukan dari bangsa kolonial. Ujar sejumlah siswa yang tidak mau disebutkan namanya itu.

Jumat, 29 Juli 2016

Perebutan Harta Karun Emas Papua Membawa Maut Banyak Nyawa Negarawan Dunia


EMAS PT, FREEPORT MEMBAWAH MAUT   


                                                              Oleh: abi muyapa


Perebutan Harta Karun Emas Papua Membawa Maut Banyak Nyawa Negarawan Dunia



 "Sering orang bertanya, apakah kekayaan alam merupakan berkah atau kutukan? Bagi Greg Poulgrain tampaknya lebih sebagai kutukan, mengapa?

Menurut Poulgrain, dosen sejarah politik Indonesia di Universitas Sunshine Coast, di Utara Brisbane Australia, kekayaan alam Papua menjadi pusaran maut yang merengut nyawa Presiden Amerika Serikat John F Kennedy; menjatuhkan Presiden Soekarno dan melahirkan rezim militer di Indonesia.

Poulgrain menambahkan pembunuhan Dag Hammarskojolf, Sekjend PBB pada tahun 1961 juga terkait dengan Papua. Kendali "kutukan" berada ditangan mantan kepala Badan Intelegen Pusat Amerika Serikat (CIA), Allan Dulles yang dikenal dekat dengan Raja Minyak Rockefeller dan pejabat pertahanan AS". (Harry Bhaskara; Resensi Buku: 'The Incubus of Intervention Conflcting Indonesia Strategies of John F Kennedy and Allan Dulles', Kompas, 2015)".
Wartawan Kompas yang berdomisili di Brisbane Australia tersebut lebih lanjut; penulis melakukan riset berpuluh tahun dan menemui pelaku sejarah, termasuk Jeans Jacques Dozy, ahli geologi Belanda yang pertama kali menemukan emas pada tahun 1936. Kedua gunung ini digarap Amerika tahun 1967. Setelah 20 tahun barulah Dozy mengakui bahwa gunung yang dia temukan bukan tembaga tetapi gunung emas".

Perebutan Harta Karun: Emas Papua Illegal
Perusahaan asing bernama PT Freeport Mc Moren n Gold, yang kini disebut PT Freeport Indonesia (PT FI) ini pertama kali menginjakkan kakinya ditanah orang tanpa permisi. Oleh sebab itu PT. Freeport, Perusahaan Pertambangan Emas, Perak, Tembaga, Uranium, Biji besi dll di Bumi Papua sesungguhnya illegal karena tanpa izin masuk begitu saja dalam situasi politik Papua tidak menentu apakah bergàbung dengan NKRI atáu berdiri sendiri, berdaulat penuh tanpa ikut Belanda atau Indonesia belum diputuskan didalam sidang PBB, yang penentuannya tiga tahun kemudian tepatanya tahun 1970 disahkan PBB dan itupun atas desakan dan tekanan Amerika terhadap Belanda agar meninggalkan Papua.

Jika saja rakyat Papua menempuh jàlur hukum proses Arbitrase Internasional di Denhag Belanda maka sesungguhnya keberadaan PT Freeport Timika Papua oleh perusahaan Amerika ini bisa dianggap illegal alias secara liar. Sebab proses sejak awal PT Freeport tanpa melibatkan pemilik ulayat terutama suku-suku diarea pertambangan Emas.

Dan satu hal lebih penting saat ini bahwa PEPERA dilaksanakan tidak melalui mekanisme one man one vote melainkan sistem perwakilan atau all man one vote yakni hanya diwakili tidak lebih 205 orang mewakili rakyat Papua dalam proses penentuan pendapat rakyat (PEPERA) antara pilihan berdiri berdaulat jadi negara sendiri atau bergabung dengan Indonesia yang dilaksanakan dibawah tekanan dan intimidasi penuh rekayasa militer Indonesia itu.
Maka kita tengok kebelakang sejarah Papua ada dua hal paling krusial terkait masalah HARTA KARUN PAPUA, pertama status politik Papua belum sah penuh mengingat prosesnya dan untuk itu perlu pelurusan sejarah kembali dan kedua, soal masuknya PT Freeport sendiri bernuansa sangat politis sehingga bisa diartikan bahwa Papua dipaksa bergabung dengan Indonesia ďibelakangnya ada motivasi Amerika menguasau HARYA KARUN PAPUA dari tangan Belanda. Maka pada hakekatnya proses politik Papua bagian NKRI tidak sah dan itu berlangsung terus sampai 57 tahun hingga sekarang timbul masalah 'Papa minta saham', Seya Novanto, (Ketua DPR RI).

Dan perusahaan Amerika ini masuk dalam posisi ketidak pastian politik masa depan Papua antara menentukan nasib sendiri atau bergabung dengan NKRI, pada masa seperti inilah perusahaan yang kemudian menjelma menjadi perusahaan emas nomor satu dunia ini masuk memulai aktifitas Pertambangan Emas dan 7 jenis kandungan mineral berharga lainnya yang dikeruk terhitung sebagai penambangan raksasa nomor satu dunia dewasa ini dan mereka sudah mencuri harta karun rakyat Papua sejak tahun 1967 dengan nilai produksi perhari trilyunan rupiah. Freeport terbesar dàri 5 tambang emas terbesar didunia.
Cadangan Emas 30 juta troy ounce setara Rp: 1.200 jt trilyun rupiah. PT. FI produksi: 1.400 troy ounce (2011). Cadangan: 29, 8 jt troy ounce emas dan 2, 35 milyar ton material bijih ore mengandung mineral berharga. Jumlah tenaga kerja 20.000 orang. Cadangan Emas Papua mencapai 29,8 jt troy merupakan cadangan terbesar atau mencakup 95 porsen dari total cadangan emas Freeport dunia.

Segala bentuk produk hukum pembenaran dan regulasi dibuat oelh negara semata-mata sebagai modus pencurian kekayaan alam Papua. Pandangan mereka penduduk Papua masih primitive sehingga semuanya rekayasa diatas rekayasa sebagai justifikasi sepihak pelaku kejahatan untuk menguasai dan proses pembenaran diri merampok harta karun Papua. Demikian seluruh Peraturan dan UU pemerintah Indonesia seluruhnya illegal semata-mata pembenaran diri merampok harta karun rakyat Papua.

Orang pertama yang klaim atau mengatasnamakan sebagai pemilik lahan secara illegal dan ofiktif/bodong kepemilikan hak atas Tanah Adat Amungsa Timika bernama Ali Budiarjo (Menteri Luar Negeri zaman Soekarno berkuasa), Bapak Mantu Imam Prasodjo, (Dosen UI pengamat sosial politik). Dan Hotel Arya Dutha sebelah Patung Tani menjadi saksi bisu dari hasil Emas Timika Papua yang pertama dibangun milik Ali Budiarjo.

Awalnya Ali Budiarjo ini bikin sertifikat kepemilikan lahan seluas 2.600m hektar, meminta agar ditandatangani jempol beberapa org buta huruf suku Amugme dan Komoro. Dengan dasar rekayasa ini Ali Budiarjo, merasa berhak menandatangani Kontrak karya PT Freeport Mc Moren n Gold Inc. Amerika itu untuk segera masuk memulai operasi tajun 1967. Sejak itu dan PT FREEPORT adalah pintu masuk utama dan satu-satunya pintu dimulainya seluruh kejahatan kemanusiaan di Papua setelah PEPERA tahun 1962 hingga sekarang tulisan ini dibuat entah sampai kapan nanti akan berakhir.

FREEPORT penyebab utama Soekarno dijatuhkan/dikudeta Militer (Letjend Soeharto) melalui peristiwa dikenal Lubang Buaya. Ribuan nyawa rakyat Indonesia dibunuh oleh saudaranya sendiri sesama rakyat Indonesia hanya karena berbeda ideologi semata. PKI dianggap tidak berhak hidup dibumi Indonesia setelah sama-sama berjuang kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.

Otak dibelakang semua kejahatan kemanusian ini adalah Direktur CIA, Allan Dullas, yang kala itu sudah menjadi intel tatkala Presiden muda cerdas dan brilian, John F Kennedy baru lahir. Soekarno bersahabat baik dengan John F. Kennedy, dan Soekarno pernah mengatakan padanya bahwa di Indonesia PKI hanya duapuluh porsen, umumnya kaum nasionalis (PNI). Sehingga Kennedy tak percaya bahaya Komunis di Indonesia ketimbang Vietnam pada masa perang dingin antara blok Timur dan blok Barat antara dua negara Adi Kuasa Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Allan Dulles (Direktur CIA) orang paling bertanggung jawab, manusia paling mematikan hingga 6 juta jiwa rakyat Indonesia dibantai sebagai PKI tanpa proses pengadilan. Demikian seluruh pembantaian rakyat Papua oleh militer Indonesia. Peristiwa pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi, semuanya settingan CIA untuk melemahkan kekuasaan politik Soekarno yang bersikap menolak karena beliau sebagai seorang negarawan sejati tidak mengizinkan Amerika garap Harta Karun Papua.
Sejak Presiden Soekarno dijatuhkan oleh Letjend Soeharto yang militeristik, Indonesia memasuki babak baru pemerintahan sentralistik. Kejahatan demi kejahatan militer terhadap rakyat Papua sudah berlangsung untuk mengamankan perampokan harta karun orang Papua dibawah pengawasan militer Indonesia. Maka PT Freeport hanya membayar "upeti", sebagai uang pengaman beberapa Jendral yang dianggap bertanggungjawab atas Papua. Demikian pola pengamanan operasi liar secara illegal harta karun Papua dirampok oleh Amerika melalui penjagaan atau "satpam" Indonesia.

Harta karun Papua menjadi motivasi Amerika melalui PT Freeport melakukan kejahatan kemanusiaan tidak hanya rakyat Papua tapi Presiden Amerika John F Kennedy, Soekarno dan tak kalah pentingnya 6 juta jiwa lebih rakyat Indonesia dibantai oleh militer penyebabnya karena motivasi Amerika merampok harta karun Papua.

Demikian banyak kematian dan pembantaian serta pembunuhan sadis oleh militer Indonesia terhadap rakyat Papua tidak lain bukan karena apa selain satu-satunya karena ORANG PAPUA MEMILIKI HARTA KARUN.

Harta karun inilah penyebab utama dan satu-satunya pintu masuk Indonesia dan Amerika melakukan kejahatan kemanusiaan dengan merampas hak-hak kemerdekaan rakyat Papua.
Amerika memaksa Belanda meninggalkan papua dan mengagalkan kemerdekaan Papua, memaksa Belanda keluar dari papua persisnya Perusahaan tambang emas raksasa dunia ini memulai beroperasi tahun 1967 sebelum status Papua resmi disahkan PBB sebagai bagian Indonesia pada tahun 1970


STOP DISKRIMINASI RASIAL MENGUNAKAN ISU SEPARATIS TERHADAP MAHASISWA PAPUA DI      YOGYAKARTA

 “Dari Stigma separatis, Rasisme, kepada Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Jika kami dibilang SEPARATIS, MAKAR, dan lain sebagainya maka kami akan bertanya apa dasarnya dan buktinya, serta apakah secara definisi Mahasiswa Papua Separatis atau Makar sama? Stigma diatas, jika dibicarakan dan/atau diucapkan oleh masyarakat menegah ke bawah kami (Mahasiswa Papua Yogyakarta) tidak persoalkan dan bahkan tidak perdulikan karena kami tahu mereka tidak berpendidikan dan tidak memiliki wawasan yang luas sehingga mereka dapat berkata-kata demikian. Kami sangat jengkel dan tidak sepakat jika hal itu disampaikan oleh orang yang berpendidikan atau Seorang Pejabat Publik, seperti Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, dan Alat Keamanan Negara sebab mereka memiliki etika profesi yang mewajibkan Seorang Pejabat Negara Untuk Profesional.  , kami menilai ada beberapa isu yang dikembangkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab kepada Mahasiswa Papua yang di Identikan dengan WONG IRENG, TUKANG RESE, PEMABUK, PREMAN, dan sekarang mulai dikembangkan STIGMA SEPARATISME. Pada prinisipnya kami simpulkan bahwa semua sebutan atau sapaan diatas merupakan “PROYEK STIGMA TERHADAP KAMI MAHASISWA PAPUA” yang sedang didorong oleh pihak tertentu untuk kepentingan mereka. Dari jumlah Pelajar dan Mahasiswa Papua yang mencapai 7000-an lebih di seluruh wilayah Yogyakarta, tentunya melalui pemenuhan kebutuhan hidupnya (Sandan, Pangan dan Papan) telah sukses memberikan SUMBANGSIH TERBESAR SECARA EKONOMI KEPADA MASYARAKAT YOGYAKARTA, khususnya Pemilik Kos-kosan, pemilik kontrakan, pemilik warung makan, pemilik tempat cuci pakaian, pemilik rental pengetikan, pemilik warnet, pemilik rental kendaraan, dan lain sebagainya. Selain itu karena pengiriman uang untuk biaya hidup mahasiswa papua selama ini mengunakan akses Bank (swasta maupun milik negara) maka secara otomatis memberikan keuntungan atau pemasukan bagi Pendapat Asli Daerah (PAD) Daerah Istimewah Yogyakarta sehingga dapat disimpulkan bahwa :“KEBERADAAN MAHASISWA PAPUA MEMBERIKAN KONTRIBUSI BESAR SECARA EKONOMI KEPADA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”Pertanyaannya adalah Apakah Orang Yang Selalu Mengatas namakan Masyarakat Yogyakarta Untuk Kepentingan Politik, Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Memberikan Kontribusi Secara Ekonomi Kepada Masyarakat Yogyakarta seperti yang dilakukan mahasiswa papua?. Deklarasi Jogja Anti Separatis yang ditujukan kepada seluruh Mahasiswa Papua di Yogyakarta, pada tanggal 16 juli 2016 di asrama mahasiswa papua  Yogyakarta merupakan sjak dari 2010an dimulainya Tindakan Siar Kebencian Berbasis Diskriminasi Ras dan Etnis dalam ke Istimewaan Yogyakarta. Anehnya lagi tindakan itu didukung oleh SEORANG GUBERNUR ,RAJA JAWA,SERTA KESULTANAN sehingga kami menyimpulkan bahwa tindakan “DISKRIMINASI SEPARATISRAS DAN ETNIS TERHADAP MAHASISWA PAPUA di Yogyakarta dilakukan secara struktural baik oleh masyarakat maupun pemerintah setempat. Melalui Peristiwa diatas, secara langsung telah merusak tatanan Negara Indonesia yang terbentuk dari sekian suku, bangsa, etnik dan ras. Mengingat tindakan Siar Kebencian adalah Tindak Pidana dan Diskriminasi Rasial adalah Pelanggaran HAM sebagaimana dijamin dalam Pasal 156 junto Pasal 157 Kitab Undang Undang Hukum Pidana dan Pasal 4 junto Pasal 15 Undang Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Peghentian Diskriminasi Ras dan Etnis sehingga para pelaku baik secara invidu maupun organisasi wajib diberikan sangksi sesuai dengan aturan yang berlaku demi melindungi Hak Asasi Manusia setiap warga Negara Indonesia sembari mewujudkan Prinsip Negara Indonesia adalah Negara hukum dan perlakuan yang sama didepan hukum.

By:abi muyapa
“STOP DISKRIMINASI RASIAL MENGUNAKAN ISU SEPARATIS TERHADAP MAHASISWA PAPUA DI YOGYAKARTA”

Kamis, 28 Juli 2016

Ini Nama Korban Tewas dan Luka akibat Perang Suku di Papua





Kronologis Konflik di Kampung Matoa Distrik Kwamki Narama Mimika


Posted By: hugeng widodoon: July 27, 2016In: Berita Utama, Index Berita, NusantaraNo Comments

Papua, Berita360.com – Melaporkan pada tanggal 25 juli 2016 sekira pukul 05.00 wit telah terjadi penyerangan terhadap Masayarakat suku Dani yang ada di kampong Tunas Matoa distrik kwamki Narama yang dilakukan kelompok masyarakat dari kwamki narama bagian atas.

Penyerangan masyarakat dari kelompok kwamki narama bagian atas dilakukan mendasari kejadian pengrusakan dan penganiyaan yang diduga dilakukan oleh kelompok masyarakat suku dani tanggal 24 juli 2016 pukul 20.00 wit yang mengakibatkan korban dari kelompok kwamki narama bagian atas.

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Dari hasil pengecekan data sementara yang ada terkait dari penyerangan tersebut mengakibatkan 17 rumah terbakar, 13 orang luka 2 dan 2 orang tewas,

Pada pukul 08.00 wit setelah melakukan penyerangan terhadap kelompok masyarakat Dani di kampung Tunas Matoa kelompok kwamki narama bagian atas membuang suara ke kelompok kwamki narama bagian bawah dan terjadi perang panah namun berhasil dihalau oleh sat dalmas polsesta dan brimob den B mimika.

Pada pukul 09.00 wit keluarga korban pengrusakan dan penganiayaan tanggal 24 juli 2016 yang kebetulan dari suku amungme, Dani dan moni berkumpul di Timika regency sejumlah 200 orang berencana menyerang kampung tunas matoa namun berhasil disekat oleh dalmas dan brimob den B mimika.
DATA KORBAN LUKA :

1. Nundi Kogoya
2. Nindus Tabuni
3. Endius Kogoya
4. Ruben Kogoya
5. Kiron Kogoya
6. Roy Wonda
7. Balpin Kogoya
8. Yendinus Wenda
9. Marlon Kogoya
10. Eripan Wenda
11. Yohanis Tabuni
12. Dani Tabuni
13. Yohanes Kum

DATA KORBAN MENINGGAL DUNIA

1. Lenus Kogoya
2. Timotius Kogoya

DATA KORBAN MATERIIL :

1. 17 unit Rumah dibakar
2. 4 unit motor dirusak
3. 1 unit mobil dirusak

CATATAN :

1. Kwamki narama bagian atas berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian bawah
2. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian atas
3. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) telah terbagi dua kelompok sebagian menginginkan perang dan sebagian tidak menginginkan perang.
4. Dari suku amungge berkonflik dengan masyarakat di kampung tunas matoa (suku dani)
5. Kelompok kwamki narama bagian atas posisinya terjepit dengan kelompok kwamki narama bagian bawah dan kelompok kampung tunas matoa.
6. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa sementara ini sebagian besar masih mengungsi di gereja-gereja. (rhg)



muyapa abi

Ini Nama Korban Tewas dan Luka akibat Perang Suku di Papua saat ini





Kronologis Konflik di Kampung Matoa Distrik Kwamki Narama Mimika

Posted By: hugeng widodoon: July 27, 2016In: Berita Utama, Index Berita, NusantaraNo Comments

Papua, Berita360.com – Melaporkan pada tanggal 25 juli 2016 sekira pukul 05.00 wit telah terjadi penyerangan terhadap Masayarakat suku Dani yang ada di kampong Tunas Matoa distrik kwamki Narama yang dilakukan kelompok masyarakat dari kwamki narama bagian atas.

Penyerangan masyarakat dari kelompok kwamki narama bagian atas dilakukan mendasari kejadian pengrusakan dan penganiyaan yang diduga dilakukan oleh kelompok masyarakat suku dani tanggal 24 juli 2016 pukul 20.00 wit yang mengakibatkan korban dari kelompok kwamki narama bagian atas.

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Dari hasil pengecekan data sementara yang ada terkait dari penyerangan tersebut mengakibatkan 17 rumah terbakar, 13 orang luka 2 dan 2 orang tewas,

Pada pukul 08.00 wit setelah melakukan penyerangan terhadap kelompok masyarakat Dani di kampung Tunas Matoa kelompok kwamki narama bagian atas membuang suara ke kelompok kwamki narama bagian bawah dan terjadi perang panah namun berhasil dihalau oleh sat dalmas polsesta dan brimob den B mimika.

Pada pukul 09.00 wit keluarga korban pengrusakan dan penganiayaan tanggal 24 juli 2016 yang kebetulan dari suku amungme, Dani dan moni berkumpul di Timika regency sejumlah 200 orang berencana menyerang kampung tunas matoa namun berhasil disekat oleh dalmas dan brimob den B mimika.
DATA KORBAN LUKA :

1. Nundi Kogoya
2. Nindus Tabuni
3. Endius Kogoya
4. Ruben Kogoya
5. Kiron Kogoya
6. Roy Wonda
7. Balpin Kogoya
8. Yendinus Wenda
9. Marlon Kogoya
10. Eripan Wenda
11. Yohanis Tabuni
12. Dani Tabuni
13. Yohanes Kum

DATA KORBAN MENINGGAL DUNIA

1. Lenus Kogoya
2. Timotius Kogoya

DATA KORBAN MATERIIL :

1. 17 unit Rumah dibakar
2. 4 unit motor dirusak
3. 1 unit mobil dirusak

CATATAN :

1. Kwamki narama bagian atas berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian bawah
2. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) berkonflik dengan kelompok kwamki narama bagian atas
3. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa (suku dani) telah terbagi dua kelompok sebagian menginginkan perang dan sebagian tidak menginginkan perang.
4. Dari suku amungge berkonflik dengan masyarakat di kampung tunas matoa (suku dani)
5. Kelompok kwamki narama bagian atas posisinya terjepit dengan kelompok kwamki narama bagian bawah dan kelompok kampung tunas matoa.
6. Kelompok masyarakat kampung tunas matoa sementara ini sebagian besar masih mengungsi di gereja-gereja. (rhg)